Monday, February 18, 2013

Kring..Kring..Sepedaku

Hai..
Kali ini gak mau pake bahasa yang terlalu baku ah, pengen pake gaya bahasa yang rileks aja. Hihi.. sadar banget sih kalo bahasa indonesia ku yang masih acak-acakan..

Oke, duh entah kenapa aku lagi kangen banget nih ke sekolah naek sepeda. Terakhir waktu duduk di bangku SMP, waktu aku sekolah di Jawa tepatnya dulu aku sempat tinggal tiga tahun di rumah nenek ku. Sekarang aku udah kelas dua SMK, dan setiap harinya kalo sekolah harus merogoh saku yang lumayan besar untukku untuk naik angkutan umum. Ibu sih fine-fine aja, tapi kadang aku berpikir, andai saja uang yang aku keluarkan setiap harinya untuk naik angkutan umum bisa aku tabung untuk keperluanku sekolah atau keperluan lainnya. Hmmm...

Jadi inget deh masa-masa di SMP dulu, duh suka banget yah kayanya nostalgia. Habisnya itu gak akan pernah terlupakan sih.. :))
Dulu di jawa itu hampir semua anak-anak sekolah naik sepeda untuk sampe ke sekolahnya masing-masing, tak terkecuali aku. Mau yang tinggal di desa ataupun di perkotaan, hampir semuanya naik sepeda.
Dulu aku dibelikan sepeda mini warna merah dengan keranjang di depan untuk menaruh tas sekolah. Dia yang selalu menemani langkahku pada saat di jawa. Ke sekolah, pergi les, pergi ke pasar, latihan ekskul di sekolah, ke tempat saudara dan lain-lain. Jarang banget aku minta anter Simbah untuk pergi kemana-mana, aku lebih asyik dengan di Merah. 
Dulu aku tinggal di desa, lumayan jauh dari pusat kota, dengan keadaan seperti itu hidup serasa penuh perjuangan. Hehe, bagaimana tidak, jalanan yang penuh dengan kerikil bahkan batu-batu besar, terkadang harus melewati jalan kecil di pematang sawah, apalagi kalo kita mengharuskan pergi malam hari, huh tak jarang jalanan layaknya kuburan yang akan kita jumpai. Ya tapi itu memang sensasinya, yang tak pernah aku rasakan saat aku hidup di perkotaan. 

Di pagi hari, setelah bangun pagi dan solat subuh, biasanya sepedaku aku bersihkan dulu, ya sekedar dilap bagian-bagiannya agar tidak terlihat terlalu kotor untuk di pakai pergi sekolah. Setelah itu aku bersiap-siap terlebih dahulu, tidak perlu waktu yang lama, karena aku sudah menyiapkan segala keperluan sekolah malam harinya. Kemudian, akan nampak seorang perempuan dengan sepedanya yang berwarna biru dan berseragam denganku, ya dialah Mega. Teman satu sekolahku, teman satu desaku, teman sejati deh pokoknya hehe. Kemudian kita memulai perjalanan dengan menggunakan sepeda kita masing-masing. Selalu ada percakapan yang seru sepanjang perjalanan dengannya, tertawa dan becanda gila-gilaan sambil mengkayuh sepeda.
Biasanya tantangan yang kita lewati pertama itu adalah sawah tak jauh dari desa, tantangannya kita harus menerobos kabut-kabut putih bahkan terkadang sampai mengkaburkan pandangan kami, sehingga jalanan di depan hanya terlihat gumpalan-gumpalan putih. Terus, biasanya alis mata kita layaknya seorang nenek yang sudah beruban, hehe putih karena terkena kabut, setelah itu kita pasti saling menertawakan satu sama lain. Huh seru sekali bila diingat-ingat. Kemudian, tantangan kedua kita akan melewati sebuah jalan dimana jalan itu penuh dengan kerikil, bebatuan, huh terkadang kami rasanya ingin terbang saja, walaupun mustahil. Keadaannya sungguh memprihatinkan, tapi mau bagaimana lagi mau gak mau itu harus kita lewati. Cukup panjang jaraknya, hingga sampai diwilayah perkotaan. Akhirnya sampailah kita bertemu dengan jalanan aspal  perkotaan, sungguh jalanan aspal nan mulus tak ada kerikil seperti di desa rasanya bagi kita adalah sebuah kenikmatan sementara sampai nanti di sekolah kita. Selain kita menikmati rasanya mengkayuh sepeda dengan santai, biasanya jika kita sudah masuk di daerah perkotaan kita akan bertemu dengan teman-teman yang akan berangkat sekolah juga dengan menggunakan sepeda, sungguh pemandangan yang bersahaja sekali, kami semua sangat menikmati pagi hari yang sejuk dan agak sedikit berhawa dingin, dengan semangat untuk menuntut ilmu, mengkayuh sepeda dengan penuh suka cita, demi membahagiakan ayah dan ibu di rumah dengan ilmu yang kita dapat di sekolah, bercanda dengan teman dijalan, membopong tas dipunggung, terkadang ada yang jahil memainkan bel sepedanya, ada juga yang mengkayuh sepeda dengan cepat karena mungkin takut terlambat, ya itulah pemandangan setiap pagi yang selalu aku lihat pada saat aku di jawa.
Sekarang aku sudah kembali di kota kelahiranku, bergulat dengan asap-asap kendaraan metropolitan yang mungkin sudah berteman denganku. Dulu aku bebas menghirup udara segar dipagi hari, tapi kini aku harus menggunakan masker, untuk melarang asap-asap nakal yang mengganggu kesahatanku.

Aku rindu bersepeda.. aku ingin seperti dulu..
Aku ingin merasakan perjuangan itu kembali untuk sampai ke sekolah..
Walaupun dengan keadaan dan kondisi yang berbeda, tapi aku ingin setiap pagi mendengar Kring..Kring..Sepedaku...