Friday, February 21, 2014

Persimpangan Yang Berbeda

Sore itu langit sangat indah, dengan keeksotisan senja yang selalu memukau. Ada seorang gadis yang menunggu di sebuah sudut kota. Dengan penuh kerutan harapan yang menghiasi wajahnya. Sepertinya dia akan bertemu seseorang yang sudah lama tidak dijumpainya. Seseorang yang mungkin sangat berarti baginya. Tak peduli dengan keriuhan sore itu. Keriuhan yang tercipta saat orang-orang lalu lalang kembali ke rumah setelah pulang bekerja mencari nafkah, ataupun mereka yang sengaja keluar rumah untuk melihat langit senja yang indah. Gadis itu masih setia duduk di sebuah kursi pinggir jalan kota, ditemani dengan sebuah lampu jalan kota di sampingnya. Kerinduan yang tampak jelas di wajahnya, gelisah yang sedikit menyertainya. Membuat siapapun yang melihat merasa penasaran siapa yang sedang di tunggu oleh gadis manis berjilbab jingga itu.

Tiba-tiba ada seorang wanita cantik berambut panjang, bermata bulat hitam, kulit sawo matang dan mengenakan kaca mata yang membuat wajahnya tampak manis dan ayu. Sepertinya dia wanita keturunan jawa. Wanita itu duduk tepat di sebelah gadis berjilbab jingga itu. Beberapa waktu kemudian, percakapan di antara mereka mulai tercipta. “Lagi nunggu siapa?” tanya wanita berkacamata itu. “Lagi nunggu seseorang mbak” jawab lugu gadis berjilbab jingga itu. “Pacar? Saudara? Atau?” tanya wanita berkacamata dengan tegas. “Lagi nunggu seseorang mbak. Bukan siapa-siapa, tapi dia yang selalu menciptakan rindu di hati saya” jawab gadis itu dengan penuh haru di wajahnya. “Oh begitu.. nampaknya ada cerita yang panjang dibalik jawabanmu tadi. Menurutku, apa benar?” tanya wanita itu yang mulai peduli dengan gadis itu. “Tepat sekali. Kita memang sudah lama sekali terpisah ruang dan waktu. Sekitar empat tahun. Karena aku berjanji untuk menyelesaikan studi ku di kota ini. Dan kami berjanji bahwa setelah aku berhasil membawa gelar sarjanaku, kita akan bertemu di persimpangan kota ini. Dan tepat hari ini, aku menunggunya. Aku yakin dia tidak lupa dengan hari ini. Seminggu yang lalu kami saling berkirim surat” papar gadis itu dengan sangat antusias. “Ringkasan cerita yang sangat manis di bawah langit senja seperti ini. Semoga dia lekas datang untukmu. Dan kalian bisa saling menuntaskan rindu kalian” jawab wanita itu.

Mereka diam, dan tak lama terdengar bunyi suara handphone dari wanita berkacamata itu, “Halo? Iya, aku udah ada dipersimpangan ini. Kamu dimana?” jawab wanita itu dengan seseorang yang sedang menelponnya. “Oh iya aku liat kamu itu di seberang jalan” sambil melihat seberang jalan dengan muka riang. Karena kegirangannya, gadis berjilbab jingga itu pun ikut mengamati seseorang yang berada di seberang jalan. Perlahan wanita itu bergegas dan seraya berucap “Aku duluan ya. Ceritamu membuatku haru sore ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu”. Gadis itu tak menjawab sepatah kata pun. Dia tercengang tak percaya bahwa pria di seberang jalan sana adalah seseorang yang dia tunggu-tunggu kedatangannya sedari langit senja masih indah sampai hampir akan terbenam berganti dengan malam. Pria yang selama empat tahun ini berhasil membangun megah istana kerinduan di hatinya. Dan percaya bahwa hari itu dia akan bertemu untuk menuntaskan kerinduannya.

Gadis itu sama sekali tak tergugah untuk menghampiri  pria itu, pria yang saat ini telah bahagia dengan seorang wanita cantik dan jauh lebih mempesona dibandingkan dengan dirinya. Perlahan air mata tak terbendung dan jatuh membasahi pipi “chubby” nya. Dia tak mampu berkata apa-apa, tapi hatinya terasa sangat sakit dan sesak didada. Pria itu memang bukan siapa-siapa nya dia. Tetapi dia sudah terlanjur setia dengan pria itu. Menyimpan rasa cinta yang selama ini dia berikan. Dan sekarang semua terasa begitu sia-sia. Inikah jawaban atas semua doa-doa nya untuk pria itu? Inikah artinya cinta yang tak tersampaikan? Inikah artinya menunggu lama? Inikah artinya percaya bahwa cinta akan kembali pulang? Pria dan wanita saling mengenakan kacamata itu perlahan pergi. Mereka tampak bahagia sekali dengan canda tawa yang mereka ciptakan. Seakan tak peduli dengan gadis yang sedang hancur hatinya di pinggir jalan kota. Gadis itu pun dengan pelan merapihkan tas kecil nya. Dan perlahan berdiri dari kursi itu, seraya berkata sambil melihat pria itu yang hampir jauh dari pandangannya “Aku menunggumu, tapi kita tak bisa bertatap muka. Karena ternyata kau berada di persimpangan yang berbeda”.


Tangerang, 27 Desember 2013